Kamis, 23 Februari 2017

Apakah Bitcoin Halal? Jawabannya Ternyata Mengagetkan (1)


Islam adalah agama yang berkembang paling cepat di dunia. Menurut sigi dari Pew Research Center, ada sekitar 1,6 miliar muslim di dunia dan mereka menguasai sekitar 23 persen dari populasi dunia. Mayoritas muslim dunia tinggal di Asia Pasifik di negara-negara seperti Indonesia dan India, meskipun secara tradisional wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara acap kali dikaitkan dengan dunia Islam.

Bagaimana teknologi keuangan (Fintech) menurut syariah Islam? Dalam artikel yang diunggah Kamis, 23 Februari 2017, Cointelegraph menyebutkan, ada kebutuhan unik dari umat Islam ketika mereka terjun ke dunia perbankan dan sektor keuangan. Hukum syariah Islam yang didasarkan pada ajaran Al-Quran melarang aktivitas tertentu seperti penerimaan bunga yang dianggap riba atau investasi dalam bisnis yang melanggar keyakinan Islam, misalnya alkohol.

Minat baru dalam perbankan Islam terus meningkat. Bahkan, Dewan Eksekutif Dana Moneter Internasional sudah menggelar diskusi pertama kalinya dengan perbankan Islam. Fintech dan perkembangan di sekitar Blockchain, menurut artikel Cointelegraph, itu telah menempatkan dunia di dalam “badai”. Munculnya mata uang digital atau cryptocurrency seperti Bitcoin dan jaringan Blockchain juga telah menyentuh dunia Islam.

Bahkan, Uni Emirat Arab mendirikan bursa pertukaran Bitcoin pertama dengan nama BitOasis. Mereka juga menawarkan layanan seperti dompet atau wallet Bitcoin. BitOasis pun menawarkan layanan serupa di Qatar, Kuwait, Bahrain, dan Arab Saudi. Keempatnya secara tradisional sangat kental menerapkan syariat Islam. Ada juga layanan di wilayah Asia Pasifik seperti Bitcoin Indonesia dan Coinbox di Malaysia yang menawarkan Bitcoin.

Menurut jurnal yang disusun oleh Charles W. Evans bertajuk Bitcoin dalam Perbankan dan Keuangan Islam disebutkan hubungan antara pendistribusian, sistem manajemen Blockchain atau Blockhain Management System (BMS)yang  otonom seperti Bitcoin—atau 'virtual currency'—dengan Perbankan dan Keuangan Islam. Evans adalah Pembantu Profesor Ekonomi dan Keuangan di Barry University, Miami, Amerika Serikat. 

Dalam jurnalnya Evans mengatakan, hubungan tersebut menunjukkan bahwa BMS dapat menyesuaikan diri dengan larangan riba (usury)—seperti halnya Bitcoin—dan menggabungkan prinsip-prinsip maslahah (manfaat sosial secara positif) dan saling berbagi risiko. “Berkenaan dengan mashlahah, dunia tidak dibatasi oleh rekening bank dengan jumlah miliaran dan mewakili mayoritas orang dewasa di dunia."

Penulis: Admin
Foto: Cointelegraph

Jangan Lewatkan
 5 Kisah Maengejutkan di Balik Heboh Bitcoin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar