OkCoin dan Huobi diduga menjaga konsumen mereka dari sentimen negatif tersebut untuk mencegah penarikan besar-besaran oleh nasabah yang panik, sehingga nantinya bakalmenyulitkan perusahaan untuk memulihkan diri. "Ini seperti ketika bursa saham menghentikan perdagangan untuk menghindari keruntuhan bursa," kata Michael Vogel, CEO Netcoins, seperti yang dikutip dari Cointelegraph, Kamis, 10 Februari 2017, atau Jumat waktu Indonesia.
Anti-Pencucian Uang Atau Perlindungan Konsumen?
Kebijakan
bank sentral Cina itu bak pil pahit yang mesti ditelan oleh dua market papan
atas di jagat Bitcoin tersebut. Namun, menurut Vogel, ada aspek yang lebih penting bahwa kasus
ini menarik garis yang jelas antara anti pencucian uang dan perlindungan
konsumen. Simon Dixon, CEO BnkToTheFuture.com, mengimbuhkan, banyak regulator
memilih aturan anti-pencucian uang dengan mengorbankan perlindungan bagi konsumen.
Dixon mengatakan, untuk mencegah praktek pencucian uang, regulator keuangan mewajibkan
perusahaan untuk menyimpan dokumen rahasia bagi pelanggan, yang menempatkan konsumen
pada risiko pencurian dan mengekspos identitas mereka bagi para hacker atau peretas. Kebijakan ini melawan aturan perlindungan
konsumen. “Inilah bentuk sistem ‘know your customer’ dalam sistem keuangan
konvensional,” ucap Dixon, menegaskan.
"Regulator sering memilih anti-pencucian uang ketimbang perlindungan konsumen
dan kasus ini contohnya," kata Dixon. "Pelanggan tidak dapat
mengakses dana mereka karena regulator telah memilih anti-pencucian uang atas
perlindungan konsumen. Jika kita hanya memikirkan perlindungan konsumen, tentu
saja, itu adalah ide yang buruk untuk mencegah semua penarikan dana konsumen tetapi
regulator tidak memihak pelanggan dalam hal ini."
Dixon menjelaskan “bencana” yang membelit OkCoin dan Huboi hanyalah kerikil
kecil dari kisah panjang perjalanan cemerlang Bitcoin. Tapi, katanya, denyut
perdagangan Bitcoin dunia tak berhenti dengan risko itu, kecuali mereka memilih
untuk meninggalkan arena pertempuran.
Vogel sendiri
mengungkapkan rasa terkejutnya bagaimana perusahaan-perusahaan tersebut, yakni OKCoin
dan Huobi, mampu merahasiakan kebijakan pembekuan ini. "Tindakan
sembunyi-sembunyi itu sungguh menarik, tapi akhirnya ketahuan juga lantaran melihat sejumlah
karyawan mereka sendiri membuat penarikan besar-besaran sebelum muncul pengumuman
dari kedua perusahaan tersebut."
Bitcoin Bukan Saham
Setelah menyamakan situasi yang menimpa OkCoin dan Huobi seperti suspensi perdagangan saham untuk mencegah keruntuhan bursa, Vogel mencatat bahwa Bitcoin tidak sama dengan entitas saham. Sebabnya, semangat pembentukan Bitcoin adalah tidak seharusnya peredaran Bitcoin dapat dikendalikan oleh pihak ketiga dengan cara apa pun, termasuk kebijakan dari POBC.
Vogel menyimpulkan: "Inilah sebabnya transaksi di ATM Bitcoin dan orang per orang terus berkembang mencapai rekor di pasar meski terpengaruh kasus OkCoin dan Huobi. Menurut saya tidak ada penurunan volume perdagangan, fenomena itu hanya akan memindahkan perdagangan ke ATM Bitcoin kepada transaksi individu. Saya yakin, harga Bitcoin tetap akan melambung."
Jangan Lewatkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar