Senin, 13 Februari 2017

11 Alasan Masuk Akal untuk Berinvestasi di Bitcoin


Oleh Bobby Qelana

Halo coiners! Eh iya, kenapa saya sapa Anda dengan coiners, dan bukan dengan Bitcoiners? Begini, saat ini pengguna atau penggila mata uang digital bukan cuma hanya memburu Bitcoin saja, lho. Masih ada “koin” digital alternatif lain, misalkan nih Litecoin, Dogecoin, Ethereum, Ripple, dan sebagainya. Jadi, saya tak salah, bukan? 

Beklah. Sekarang kita hanya membatasi pembicaraan dengan membahas Bitcoin saja. Sebabnya apalagi kalau bukan bahwa Bitcoin masih jadi buruan terpopuler mulai dari pengguna, trader, investor, hingga miners alias para penambang Bitcoin. Lagian nih, nilai jual Bitcoin masih yang juara ketimbang mata uang digital lainnya.


Bukan hanya ibu kita Kartini saja, Bitcoin pun terus harum namanya sejak kemunculan pertama kali di awal Januari delapan tahun yang lalu berkat kemurahan hati Satoshi Nakamoto. Bermula dari hanya beberapa sen dolar per unit, kini harga Bitcoin sudah mencapai US$ 1.010 per unit atau sekitar Rp 13,4 juta sesuai data CoinDesk Bitcoin Index Price.

Awal Januari 2017, dunia sekonyong-konyong terkejut manakala Bitcoin sempat menyentuh level US$ 1.176 per unit, mengalahkan harga emas dunia. Mendadak sontak para pemula atau pun “pemain lama” bergairah terhadap dunia mata uang digital. Mereka pun beramai-ramai memburu Bitcoin, entah untuk berinvestasi atau pun ajang berspekeluasi di bursa Bitcoin.

Salah satu alasan simpel mereka memburu Bictoin adalah kenangan masa lampau saat harga Bitcoin terus meningkat. Namun, sebenarnya masih banyak lagi alasan untuk berinvestasi dalam Bitcoin. Nah, kali ini saya ingin berbagi cerita untuk memahami potensi peluang sebelum berinvestasi di Bitcoins berdasarkan pengalaman dan pendapat analis Bitcoin.

1. Harga Bitcoin
 

Nilai Bitcoin sudah naik berlipat kali sejak hanya beberapa sen pada 2009 menjadi sekitar USD 539 (Juni 2016). Dan selama tujuh tahun (2009-2017) perjalannya, Bitcoin kini sudah bertengger di angka US$ 1.010. Tidak pernah dalam sejarah ada harga komoditas atau mata uang konvensional yang melambung seperti yang dialami Bitcoin.

2. Pasokan Terbatas


Mungkin semua paham, Bitcoin tak pernah dibuat lebih dari 21 juta unit. Kita bicara hukum ekonomi, guys. Saat pasokan terbatas dan permintaan naik, maka harga meningkat. Permintaan yang secara konsisten naik karena banyak orang menggunakannya, mendorong pedagang atau pengguna lain menahan stoknya. Maka, masuk akal berinvestasi di Bitcoin.

3. Diterima Secara Global



Bitcoin sudah dianggap mata uang dunia karena kehadirannya di lebih dari 180 negara. Orang menarik uang dari rekening tabungan dan membeli Bitcoin hanya untuk memastikan bahwa uang mereka tidak hilang karena kebobrokan Bank. Sepanjang kurun 2011-2012 banyak warga Amerika berinvestasi di Bitcoins setelah mengambil uang dari tabungan.

4. Investasi Kakap


Perusahaan dan lembaga keuangan kakap mulai dari Goldman Sachs hingga American Express, dari Nasdaq hingga Kleiner Perkins, memutuskan untuk berinvestasi di Bitcoin. Ada yang menanamkan modal di startup Bitcoin seperti firma Venture Capital yang mengucurkan US$ 1,46 miliar pada 2012 menjadi US$ 5,75 miliar pada 2015. Itu uang semua, Bos!

5. Transaksi Transparan

Transaksi Bitcoin terus terjadi setiap hari. Grafik kenaikan dan proses transaksinya juga transparan. Semuanya bisa dipantau lewat Blockchain, teknologi yang selama ini mendukung jaringan Bitcoin. Jumlah transaksi meningkat dari hari ke hari yang menunjukkan permintaan Bitcoin meningkat drastis. Klaim untuk berinvestasi di Bitcoin kian tak terbantahkan.

Bahkan survei 2016 mengatakan 50 persen dari transaksi Bitcoin untuk tujuan investasi. Pada 2025 diharapkan 67 persen dari transaksi Bitcoin ditujukan untuk pembelian produk dan jasa sementara hanya 33 persen transaksi Bitcoin untuk investasi. Transaksi meningkat, permintaan yang bertambah, tentu saja menjadi magnet untuk lebih banyak berinvestasi di Bitcoin.

6. Kapitalisasi Pasar Bitcoin

Seperti yang sudah kita bicarakan, Bitcoin memiliki kapitalisasi pasar yang dahsyat. Hingga Senin, 13 Februari 2017, kapitalisasi pasar Bitcoin lebih dari US$ 16 miliar sesuai data Bitcoinblockhalf.com. Ini angka yang signifikan mengingat harganya terus meningkat dalam periode yang singkat. Total jumlah pemilik Bitcoin hampir 2-3 juta pengguna.

7. Katakan Tidak pada Tipu-tipu


Sebagai pemilik Bitcoin Anda tidak dapat memanipulasi harga pasar, atau memanipulasi transaksi. Sekali transaksi dilakukan, dia tidak dapat dibatalkan. Tidak ada pihak ketiga seperti bank atau lembaga keuangan yang dapat mempengaruhi pasar, harga, atau bahkan mengatur transaksi. Oleh karena itu transaksi Bitcoin bersih, cepat, murah, dan transparan.


Bila Anda ingin berinvestasi dalam Bitcoin, yakinlah bahwa Anda tidak akan ditipu. Yang perlu dilakukan hanyalah Anda perlu berhati-hati saat mengirimkan Bitcoin ke alamat wallet atau dompet yang tepat. Demikian pula Anda perlu berhati-hati dalam memberikan alamat dompet Anda setiap kali harus menerima Bitcoin dari pihak lain.

8. Semakin Diterima
Pedagang

Saat ini ada sangat sedikit toko yang bisa menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran. Namun, ada cara tidak langsung seperti membeli kartu Amazon dari Egifter.com dengan Bitcoin. Lantas, Anda menggunakan kartu itu untuk membeli sesuatu dari Amazon. Jika ada toko online mulai menerima Bitcoins dari pelanggan secara langsung, ini sebuah revolusi.

Menurut sigi yang dilakukan Goldman Sachs dan Asosiasi Transaksi Elektronik, hanya 2 persen pedagang yang menerima Bitcoin saat ini. Namun survei lain mengatakan, sedikitnya 25 persen toko akan mulai menerima Bitcoin hingga 2018. Diperkirakan, 160 ribu pedagang menerima Bitcoin, dan pada 2017 jumlah ini akan mencapai 1,8 juta.

9. Lebih Menguntungkan Bitcoin



Bitcoin menikmati segudang popularitas yang tak dimiliki mata uang digital lain. Katakanlah seperti Litecoin, Dogecoin, atau Etherum sekali pun. Itu sebabnya jurang nilai antara Bitcoin dan mata uang digital lainnya sangat tinggi. Perbedaan utama yang menjadi keunggulan Bitcoin atas semua mata uang digital itu adanya fakta bahwa Bitcoin terdesentralisasi.

Tidak ada lembaga atau pemerintah suatu negara yang bisa mengendalikan Bitcoin. Sementara, sSemua mata uang digital lainnya selalu berhubungan dengan pemilik atau kelompok tertentu. Desentralisasi Bitcoin membuat pemiliknya merasa aman dan nyaman. Mereka tidak harus bergantung pada pihak ketiga atau lembaga lain saat mentransfer Bitcoin mereka.

10. Respons Cenderung Positif

Sejauh ini Bitcoin sudah mendapatkan respons positif di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Dinas Pendapatan Internasional (IRS) Amerika, misalnya, sedang mempertimbangkan Bitcoin sebagai obyek pajak. Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka Amerika pun sedang mempertimbangkan Bitcoin sebagai komoditas perdagangan.

Begitu banyak perusahaan perdagangan Bitcoin yang terjun ke bursa seperti Coinbase, BitPay, Xapo, dan Circle sehingga orang-orang tidak memiliki masalah dalam bertransaksi dengan Bitcoin. Beberapa anjungan tunai mandiri (ATM) juga telah dibuka di Negeri Abang Sam yang memfasilitasi konversi Bitcoin ke dalam mata uang dolar dan sebaliknya.

Baca Juga:  Mengapa 2 Market Top, OkCoin dan Huobi, Berbahaya bagi Bitcoin?

Demikian pula di Eropa. Ada banyak bursa Bitcoin di berbagai negara, seperti Bitstamp, yang sudah mendapatkan izin perdagangan Bitcoin di seluruh Eropa. Pemerintah Prancis sedang mempertimbangkan untuk menyatakan Bitcoin sebagai mata uang. Bahkan, baru-baru ini Georgia menjadi negara pertama yang mendaftarkan Bitcoin sebagai obyek pajak.

Di Australia, pemerintah Benua Kanguru menganggap Bitcoin sebagai obyek pajak. Di banyak negara semacam Cina, lembaga keuangan dan perbankan memang dilarang memperdagangkan Bitcoin. Namun pihak swasta dapat berdagang Bitcoin. Di India, pemerintah masih dalam tahap mengamati. Bank Sentral India belum menerbitkan aturan main Bitcoin.

Di Indonesia sendiri, pada 2014 pejabat Bank Indonesia memang menyatakan Bitcoin bukan alat pembayaran yang sah di Tanah Air. Namun, seperti halnya mata uang asing semacam dolar Amerika Serikat, yen Jepang, atau yuan Cina, Bitcoin bukan menjadi alat bayar tapi menjadi alat tukar di kalangan pengguna, pedagang, serta investor mata uang digital.

11. Makin Lama Makin Untung

Coba telusuri Mbah Google, Anda bisa melihat sendiri bahwa harga Bitcoin terus meningkat dari ke hari, harga semula hanya US$ 230 pada Mei 2015 kemudian melompat ke US$ 579,19 pada Juni 2016. Kini harga Bitcoin bertengger di US$ 1.010 sesuai data CoinDesk Bitcoin Price Index per Senin, 13 Februari 2016. Ini adalah potensi Bitcoin.

Apalagi pada Juli 2016, hanya 1.800 unit Bitcoin yang akan diproduksi per hari untuk empat tahun berikutnya. Mempertimbangkan fakta-fakta tersebut, sekali lagi ini jelas posisi BUY dari sudut pandang investasi. Mereka yang berinvestasi di Bitcoin akan paham bahwa ini masa depan mata uang. Anda cukup terus memegangnya dan mendapat laba dari waktu ke waktu.

Foto: Pixabay, Coincube
Sanggahan:
BitcoinKepo tidak pernah menganjurkan, mendorong, atau pun menggiring pembaca untuk berinvestasi dalam mata uang digital, terutama Bitcoin. Keputusan investasi mutlak ada di tangan para pembaca. Tema tulisan di atas murni pendapat pribadi dari penulis. Selain aktif memproduksi artikel di seputar topik perkembangan teknologi mata uang digital, penulis adalah trader di sejumlah market Bitcoin.

Jangan Lewatkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar