Selasa, 28 Maret 2017

SEC Tolak Proposal Bitcoin ETF dari SolidX, Ini yang Terjadi pada Harga Bitcoin


Securities and Exchange Commission—semacam Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan di Amerika Serikat—secara resmi menolak usulan Bitcoin ETF (penawaran perdana saham Bitcoin di bursa) kedua. SolidX, yang telah lama dianggap sebagai proposal pesaing si kembar, Tyler dan Cameron Winklevoss, ditolak karena dinilai kurangnya  perlindungan investor dan minimnya regulasi perdagangan Bitcoin di luar negeri.

Seperti yang dilansir dari Cointelegraph, Selasa, 28 Maret 2017, dalih penolakan SEC menyetujui proposal SolidX ETF tampaknya segendang dan sepenarian dengan alasan menolak usulan si kembar Winklevoss. Dalam dokumen resminya, otoritas bursa saham Negeri Abang Sam itu menyatakan bahwa perusahaan SolidX tidak memiliki perjanjian pembagian pengawasan dan perlindungan investor untuk pembeli Bitocin dari ETF.

Bitcoin sebagai jaringan keuangan desentralisasi dan protokol peer-to-peer diciptakan untuk tidak dapat dikendalikan oleh pihak ketiga. Bisnis ini diluncurkan lewat jaringan Bitcoin yang dapat diatur oleh pemerintah namun jaringan itu sendiri tidak mungkin untuk dikontrol atau dimanipulasi. Walhasil, tidak seperti jaringan keuangan konvensional, hampir tidak mungkin bagi pengusul Bitcoin ETF untuk menyetujui perjanjian pembagian pengawasan.

Situasi akan lebih sulit jika penyedia Bitcoin ETF harus melacak asal dan aliran transaksi Bitcoin dengan sistem keuangan lain yang ada di pasar efek. Berdasarkan respons dari SEC sehubungan dengan penolakan SolidX, dapat disimpulkan Bitcoin ETF tidak akan disetujui atau diperkenalkan ke pasar AS publik dalam waktu dekat. Dalam dokumennya, SEC mencatat kurangnya regulasi dalam perdagangan luar negeri sebagai salah satu alasan utama penolakan SolidX.

Meski muncul penolakan kedua terhadap pembentukan Bitcoin ETF, harga Bitcoin terpantau stabil terhadap putusan SEC. Ketika proposal si kembar Winklevoss Bitcoin ETF ditolak, laman Cointelegraph melaporkan harga turun dari US$ 1.200 hingga US$ 960 dalam beberapa menit. Tampaknya, komunitas Bitcoin menyadari Bitcoin ETF tidak diperlukan bagi Bitcoin untuk tumbuh sebagai mata uang digital, emas digital, dan sistem pembayaran.

Penulis: Admin
Foto: Guardian


Jangan Lewatkan



Minggu, 26 Maret 2017

Ketika 5 Perusahaan Ini Bermain di Dua Kaki, Bitcoin dan Ethereum

Perusahaan dan pengusaha di seluruh dunia sedang dilanda demam teknologi Blockchain untuk menciptakan model bisnis baru. Beberapa proyek ini bergantung pada Blockchain, yang juga jaringan pendukung Bitcoin. Namun perusahaan ini tampaknya juga tergiur dengan pengembangan Ethereum. Kedua mata uang digital terbesar itu menawarkan beberapa keuntungan. Walhasil, menurut laman The Merkel, sejumlah perusahaan dan investor memacu bisnisnya lewat permainan di dua kaki.


CIRCLE

Sejak Circle menjauh dari Bitcoin, hanya masalah waktu sampai perusahaan ini mengumumkan rencana baru mereka. Selain masih menggunakan Bitcoin sebagai pakem untuk menyelesaikan skama pembayaran global yang cepat, Circle juga mengembangkan jaringan Ethereum. Bahkan, perusahaan memakai jaringan Blockchain milik Ethereum untuk kendaraan investasi mereka, “Spark”. Sebabnya, jaringan Ethereum dianggap solusi yang lebih matang dan praktis. Keputusan menarik, meski perlu dicatat Spark akan bersinggungan dengan jaringan Blockchain lainnya.


BRAVE

Browser Brave mendapat sambutan baik di tengah komunitas cryptocurrency. Kemampuannya mengubah pengalaman menonton iklan sambil sambil berselancar di web bakal berdampak besar. Belum lama ini, Brave berniat menawarkan sejumlah insentif kepada pengguna. Bahkan, tim Brave mau membayar asalkan pengguna browser mengaktifkan iklan. Semenrara pengguna browser Brave memiliki solusi pembayaran Bitcoin saat menelusuri konten favorit, insentif baru ini akan mengubah peta persaingan.

Token digital—yang disebut Basic Attention Token—akan dirilis akhir tahun ini. Sebagian besar dari koin itu, menurut petinggi Brace, akan dijual kepada investor selama penawaran koin perdana atau Initial Coin Offering (ICO). Token baru ini berbasiskan jaringan Ethereum dan diperkirakan memainkan peran kunci dalam platform iklan digital mereka yang baru. Kode sumber untuk platform anyar tersebut akan dibuat open source pada layanan hosting Internet, GitHub, akhir 2017.


STORJ

Meski sejak awal proyek Storj dirancang berdasarkan jaringan Blockchain milik Bitcoin, tampaknya tim mereka berubah pikiran. Dalam pengumuman barunya, perusahaan itu memperkenalkan Counterparty yang berbasiskan token Storj dan dinamai SJCX. Counterparty akan dihubungkan dengan Blockchain milik Ethereum. Alasan perubahan ini tidak sulit dijelaskan, yakni menggunungnya biaya transaksi Bitcoin, penundaan pengiriman transaksi, dan kurangnya pengembangan yang disediakan platform Counterparty.


FACTOM

Proyek Factom salah satu yang cukup menarik. Perusahaan tersenut mengikatkan data sensitif ke dalam Blockchain milik Bitcoin. Namun dmeikian, Factom juga menghubungkannya ke dalam jaringan Ethereum. Pendekatan dua kaki ini akan menjamin informasi dapat disimpan aman setiap saat. Selain itu, langkah tersebut untuk menunjukkan kedua Blockchain memiliki peran penting dalam bisnis produk dan layanan mereka di masa mendatang.


BLOCKCHAIN CAPITAL

Kendati Blockchain Capital tidak aktif mengembangkan aplikasi dan proyek sendiri, mereka adalah investor utama dalam banyak proyek berbasis Blockchain. Blockchain Capital mengucurkan jutaan dolar ke proyek-proyek berbasis Blockchain milik Bitcoin. Namun fokus perusahaan terbelah akhir-akhir. Perusahaan itu justru menjadi sangat serius tentang Ethereum. Blockchain Capital mulai menyebarkan setengah dari anggaran mereka untuk investasi tahap awal yang berorientasi Ethereum.

Foto: Computer Weekly

Jangan Lewatkan

Sabtu, 25 Maret 2017

Pemegang Bitcoin Bisa Klaim Gratis 16 Miliar Token Lumen Stellar, Tertarik?

Jaringan pembayaran terdesentralisasi, Stellar, mengumumkan babak akhir proyek Bitcoin-Lumen. Program ini menawarkan pemegang Bitcoin sejumlah token lumen gratis. Program—dimulai sejak April 2016—itu mengucurkan 19 persen dari total pasokan token lumen, yang diluncurkan secara eksklusif oleh pengembang untuk pengguna Bitcoin.

Menurut laman Cointelegraph, Kamis, 23 Maret 2017, dari 19 miliar token lumen yang ditawarkan oleh Stellar kepada pengguna Bitcoin, hanya tiga miliar yang dihadiahkan pada putaran pertama ini. Sisa token sebanyak 16 miliar akan dirilis sekaligus diumumkan secara resmi pada 28 Maret 2017. Nilai token yang tersisa mencapai US$ 16 juta atau sekitar Rp 212 miliar.

“Bitcoin menjadi inspirasi besar bagi Stellar, itulah sebabnya kami menciptakan program ini. Jaringan Bitcoin yang pertama menunjukkan kepada sekelompok pihak yang tidak dipercaya untuk menyepakati sebuah basis data terbuka, dan komunitas Bitcoin terus menambah pemahaman kita tentang dampak teknologi ini,” kata juru bicara Stellar, Kim Vu.

Lumen awalnya dikenal sebagai token stellar. Namanya berubah untuk membedakan dengan jaringan maupun organisasi nirlaba Stellar.org. Stellar bertujuan menawarkan pembayaran internasional hampir instan dengan biaya jauh lebih rendah ketimbang skema pembayaran alternatif lainnya. Teknologi terbaru dari jaringan organisasi kemitraan ini secara ide mirip dengan operasional SWIFT pada lembaga keuangan konvensional.

“Mengingat sifat jasa keuangan global yang beragam, kemampuan teknologi ini secara substansial dapat menekan biaya remitansi internasional lebih rendah dengan membuat transaksi melintasi batas-batas nasional, sehingga mata uang dan lembaga keuangan jauh lebih efisien," kata CEO Jed McCaleb kepada Cointelegraph saat peluncuran pada Desember.


Foto: Stellar.org

Jangan Lewatkan 

Jumat, 24 Maret 2017

Harga Bitcoin Melemah di Bawah US$ 1.000, Inikah Alasannya?



 
Harga Bitcoin jatuh di bawah US$ 1.000 pada Jumat, 24 Maret 2017, waktu Amerika Serikat atau, Sabtu tengah malam waktu Indonesia saat faktor dukungan untuk mata uang digital itu berkurang. Harga turun ke level US$ 969,35 setelah memulai sesi pembukaan pada harga rata-rata US$ 1,029.95, seperti yang direkam CoinDesk Bitcoin Price Index (BPI).

Saat laporan dibuat Sabtu pagi ini, harga rata-rata Bitcoin di CoinDesk BPI bahkan tercatat anjlok lebih dalam ke US$ 931. Ketika pembukaan perdagangan pada Jumat, harga mencapai puncak pada rata-rata US$ 1,032.34. Sedangkan di Indonesia harga Bitcoin diperdagangkan di Rp 13.120.100 (VIP Bitcoin) dan Rp 13.401.000 (Luno Indonesia) pukul 07.02.

Harga Bitcoin sebelumnya memang sempat jatuh menembus angka psikologis US$ 1.000 selama akhir pekan lalu dengan bertengger di level rendah sekitar US$ 947, sebelum akhirnya pulih pada hari berikutnya. Harga bangkit kembali di atas level US$ 1.115 kemarin, Kamis, 23 Maret 2017, sebelum kemudian anjlok lagi pada Sabtu ini.

Hingga berita ini diunggah belum jelas apa yang mendorong kejatuhan mendalam harga Bitcoin di sejumlam pasar dunia. “Salah satu faktor yang bisa disimpulkan adalah kekhawatiran yang berlama-lama atas prospek hard fork dalam komunitas Bitcoin. Situasi dapat mengakibatkan dua Blockchain yang sepenuhnya terpisah,” kata laman CoinDesk.

Data perusahaan riset BFXdata menunjukkan order penjualan melebihi pesanan pembelian sebanyak 53 persen pada sesi perdagangan terakhir dan 55 persen sepanjang perdagangan 24 jam terakhir di platform Bitfinex. Selama pertengahan Maret harga Bitcoin naik di atas US$ 1.000 lebih dari satu bulan, yang menjadi periode kenaikan terpanjang di atas level tersebut.

Penulis: Admin
Foto: Pixabay

Jangan Lewatkan

Kamis, 23 Maret 2017

Waspadalah, Penipuan Atas Nama Bitcoin Hantui Sosial Media

Naiknya popularitas dan harga Bitcoin telah berakibat semakin maraknya kasus penipuan yang dilakukan melalui media sosial. Perusahaan keamanan Internet, ZeroFOX, seperti yang dikutip dari CoinDesk, Kamis, 23 Maret 2017, melaporkan modus baru penipuan yang mengumpulkan data ketika harga Bitcoin bernilai lebih dari 1 troy ounce emas pada awal Maret 2017.

Secara total, perusahaan itu menyatakan telah mengidentifikasi 3.618 URL penipuan yang mengatasnamakan Bitcoin. URL ini dibagikan rata-rata 24 kali per hari selama periode observasi. Total jenderal, URL penipuan Bitcoin telah dibagikan lebih dari 126 juta kali. Termasuk dua URL yang diidentifikasi dibagikan rata-rata dari 5.367 kali sejak dibuat.

Identifikasi penipuan itu dilakukan dengan cara pertama melibatkan pengiriman Uniform Resources Locator (URL) atau alamat Internet ilegal. Kedua, berpusat pada phishing (menyamar sebagai orang atau organisasi berwenang) mengumpulkan data pribadi Bitcoin. Sementara skema ketiga, yang dikenal sebagai ‘skema pengembalian Bitcoin,’ yakni ketika investor akan dijanjikan pengembalian Bitcoin bernilai tinggi setelah mereka membayarkan setoran di muka.

Skema terakhir tersebut diklasifikasikan sebagai skema piramida Bitcoin, yang menawarkan imbal hasil tinggi. Modus ini lebih cenderung kepada penipuan ala skema investasi Ponzi yang memerlukan investasi awal yang rendah.

Laporan itu lebih lanjut memuat termasuk rekomendasi bagi pengguna Bitcoin. ZeroFOX menyarankan pengguna Bitcoin menahan diri dari membantu siapa pun yang menambang Bitcoin. Perusahaan itu mencatat sejarah keuntungan kontrak pertambangan awan jauh lebih buruk dari yang terlihat ketimbang memegang Bitcoin dalam dompet pribadi.

Perusahaan tersebut juga merekomendasikan menghindari transaksi yang dimulai lewat pesan langsung pada platform media sosial.

Penulis: Admin
Foto: Pixabay

Rabu, 22 Maret 2017

Bitcoin ‘Mengaum’ Lagi, Harga BTC Meroket ke US$ 1.072

Harga Bitcoin kembali ‘mengaum’ setelah terpuruk pekan lalu. Harga mata uang digital itu diperdagangkan lebih tinggi untuk dua hari beruntun ketika pada Selasa, naik 3 persen pada level US$ 1.072. Dengan kenaikan pada Selasa, 22 Maret 2017, harga Bitcoin—biasa disingkat dengan BTC—sudah meraup kenaikan 13 persen dalam dua hari berturut-turut.

Sebelumnya, laporan Wall Street Journal akhir pekan menunjukkan pengembang Bitcoin mengancam akan menciptakan “garpu keras” alias hard fork. Hard fork bakal menciptakan pasar alternatif untuk Bitcoin. Platform ini akan bertentangan dengan platform yang dikenal dunia saat ini sehingga berpotensi memunculkan perpecahan dan dua versi dari mata uang.

Seperti yang dikutip dari Business Insider, berita hard fork itu mengirimkan harga Bitcoin ke jurang penurunan 20 persen ​​pada akhir pekan ke level US$ 950 koin, terlemah sejak Januari. Tahun 2017 ini menjadi periode naik-turun yang dramatis bagi cryptocurrency tersebut. Bitcoin naik 20 persen pada pekan pertama tahun ini setelah melonjak 120 persen pada 2016.

Rekor demi rekor yang diciptakan Bitcoin itu menjadinya sebagai mata uang digital dengan performa terbaik untuk tahun kedua berturut-turut. Namun, Bitcoin kemudian jatuh 35 persen akibat berita dari Cina melalui People’s Bank of China yang akan mempertimbangkan snaksi keras atas perdagangan yang dilakukan sejumlah bursa Bitcoin di negara itu.

Meski didera sentimen negatif dari Cina, Bitcoin justru berhasil menapak lebih tinggi dengan kenakan lebih dari 50 persen. Berita buruk dari cina itu antara lain perusahaan pertukaran Bitcoin terbesar di Cina mengatakan mereka akan memulai mengutip pengisian biaya 0,2 persen untuk semua transaksi (sebelumnya tidak ada biaya). Kedua, mereka mengatakan mereka akan memblokir penarikan Bitcoin dari rekening pengguna.

Bitcoin mencetak rekor tertinggi di US$ 1.327 pada 10 Maret karena pedagang memborong Bitcoin mengantisipasi pengumuman Securities and Exchange Commission Amerika Serikat (semacam Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) yang akan menerima proposal saham Bicoin (Bitcoin ETF) pertama milik si kembar Winklevoss.

Kenyataannya, SEC menolak Bitcoin ETF yang diusulkan Tyler dan Cameron Winklevoss. Walhasil, haga Bitcoin terjerembab sebesar 16 persen. Namun, Bitcoin berhasil dengan cepat memulihkan kerugian. Saat ini dua lagi Bitoin ETF yang mengajukan proposal. SEC memiliki tenggat 30 Maret 2017 untuk menerima atau menolak proposal itu.

Penulis: Admin
Foto: Pixabay

Selasa, 21 Maret 2017

13 Momen Keruntuhan Harga Bitcoin yang Paling Dikenang


Bitcoin, ide yang berasal pada 2008, menjadi mata uang digital terpopuler di seluruh dunia dan meraup nilai pasar sekitar US$ 20 miliar. Bukan upaya yang mudah bagi mata uang digital itu untuk dapat diterima secara luas oleh khalayak dunia. Sejak sembilan tahun yang lalu, Bitcoin mengalami banyak pasang surut dalam perjalanannya.

Menurut legenda yang dipercaya oleh komunitas Bitcoin, sosok Satoshi Nakamoto awalnya diyakini mulai bekerja dengan ide dan menciptakan Bitcoin pada 2007. Namun, barulah menjelang 2008 makalah rumit yang digagas oleh Nakamoto berjudul Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System diterbitkan.

Pada 3 Januari 2009, Genessis Block mulai ditambang, yang kemudian menjadi blok pertama. Transaksi Bitcoin perdana kali terjadi di blok 170 ketika Satoshi mengirimkan sejumlah Bitcoin kepada rekannya Hal Finney pada 12 Januari 2009. Sejak itu Bitcoin terus ditambang dan harga mata uang digital ini naik dan turun bak roller coaster.


Februari 2011: Peretasan Mt GOX

Pada 9 Februari 2011, Bitcoin mencapai keseimbangannya (paritas) dengan dolar Amerika Serikat saat satu Bitcoin dihargai US$ 1 di perusahaan pertukaran Mt GOX yang bermarkas di Tokyo, Jepang. Namun, meski situs Bitcoin.org berjuang mempertahankan lalu lintas di seputar berita paritas Bitcoin ini, pada 19 Juni 2011 harga Bitcoin jatuh US$ 3 dan dalam beberapa menit menjadi sekitar US$ 16 setelah peretasan di Mt GOX.


Februari 2012: Paxum

Sebuah insiden yang menyebabkan harga Bitcoin anjlok kembali berulang pada 11 Februari 2012. Ketika itu harga Bitcoin turun US$ 2 dan menjadi sekitar US$ 4 setelah perusahaan pertukaran Paxum berhenti menerima mata uang digital itu.


Maret 2012: Linode

Beberapa pekan kemudian pada 1 Maret, harga Bitcoin jatuh hingga US$ 4,89 setelah 46 ribu Bitcoin dicuri dalam aksi peretasan terhadap perusahaan pertukaran Linode. Saat itu nilai Bitcoin yang dicuri kurang lebih US$ 230 ribu.


Agustus 2012: Priateat40

Meskipun harga mata uang digital itu naik sedikit pada bulan-bulan di sepanjang 2012, pada 17 Agustus, harga Bitcoin turun dari US$ 3 sampai kurang dari US$ 11 setelah perusahaan pertukaran Priateat40 berhenti pembayaran Bitcoin.


April 2013: Serangan DDos

Selama bulan melanjutkan, harga Bitcoin terus naik saat bunga mata uang Amerika Serikat meningkat. Namun, pada 10 April 2013, mata uang digital itu jatuh US$ 60 dan hanya berada di level US$ 122. Serangan Distributed Denial of Service atau DDoS dilaporkan menjadi penyebab kejatuhan harga tersebut. DDoS semacam serangan spam secara masif yang bisa melumpuhkan server atau komputer.


Desember 2013: Larangan Cina

Kemudian di tahun itu juga pada 5 Desember 2013, Peoples’s Bank of China atau Bank Rakyat Cina melarang transaksi Bitcoin, menyebabkan harga mata uang digital itu menukik US$ 300 dan tinggal seharga US$ 840.


Februari 2014: Penutupan Mt GOX

Pada 7 Februari 2014, harga Bitcoin tercatat turun US$ 100 saat bursa utama mengalami serangan DDoS. Penambang Bitcoin dan pengembang memperdebatkan block size pada 21 Februari 2014 yang menekan harga melihat mata uang itu terjun ke US$ 30. Sementara pengumuman penutupan perusahaan pertukaran Mt GOX pada 24 Februari 2014 menyebabkan harga Bitcoin anjlok sekitar US$ 57 hingga berada di US$ 550.


Maret 2014: Pernyatan IRS

Setelah Internal Service evenue (IRS)—semacam Direktorak Jenderal Pajak di Amerika Serikat—menyatakan Bitcoin sebagai aset yang dikenao obyek pajak pada 26 Maret 2014, harga Bitcoin merosot sebesar US$ 150 hingga tinggal di US$ 453.


Januari 2015: Peretasan Bitstamp

Perusahaan pertukran Bitstamp menangguhkan layanan setelah diretas dengan kerugian 19 rivu Bitcoin. Namun, tak sampai seminggu kemudian layanan itu dibuka kembali.


Agustus 2015: Perdebatan Skalabilitas

Mata uang digital ini terus meningkat dan jatuh ssepanjang tahun itu dengan puncaknya pada 19 Agustus 2015 harga Bitcoin anjlok hingga US$ 45 menuju US$ 214 setelah rilis perangkat lunak baru dari XT Fork, dalam upaya menyelesaikan persoalan skalabilitas.


November 2015: Unicode

Meskipun ada sedikit peningkatan harga, nilai Bitcoin kemudian turun US$ 50 hingga ke US$ 334 saat simbol Bitcoin, berupa huruf kapital B dengan dua garis vertikal, diterima diakui oleh Unicode pada 3 November 2015.


Januari 2016: Efek Hearn

Setelah Mike Hearn menyebut Bitcoin sebuah 'kegagalan' pada 14 Januari 2016 harga Bitcoin mencatat penuruan US$ 40. Hearn adalah mantan pengembang di Bitcoin Core, bagian dari sistem jaringan Bitcoin yang kita kenal sekarang.


Agustus 2016: Peretasan Bitfinex

Pencurian Bitcoin terbesar kedua di dunia terjadi di perusahaan pertukaran Bitfinex hacker mencuri 120 ribu mata uang digital itu pada 2 Agustus 2016.


2017: Intervensi PBOC

Secepat kilat Bitcoin terjun 31 persen menjadi US$ 889 pada 5 Januari ketika pejabat People's Bank of China (PBOC) atau Bank Rakyat Cina berniat membatasi transaksi Bitcoin.

Penulis: Admin