Jumat, 17 Maret 2017

Terungkap, Alasan Harga Bitcoin Turun ke US$ 1.160 Dianggap Seksi

Hampir segera setelah penolakan terhadap proposal pengucuran dana di bursa dari si kembar Winklevoss 'Bitcoin ETF, grafik harga Bitcoin justru berlawanan dengan prediksi sebagian besar analis. Bukannya turun, harga Bitcoin cepat pulih dan melonjak kembali ke US$ 1.250. Namun, pada 16 Maret 2017, harga Bitcoin terpuruk di US$ 1.160.

Wartawan Joseph Young dalam laman Cointelegraph, Jumat 17 Maret 2017, menulis ketika kenaikan harga Bitcoin dianggap penting bagi setiap orang di dalam jaringan dan komunitas, muncul pertimbangan lain terkait status jaringan Bitcoin saat ini. “Itu upaya optimal bagi Bitcoin sehingga relatif stabil di level US$ 1,160,” kata Joseph dalam laporannya.

Laman Cointelegraph menyatakan, jika harga Bitcoin terus meningkat--setelah harga pemulihan ketika penolakan Winkelvoss Bitcoin ETF--ke US$ 1.300 sehingga mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, media arus utama akan mengekspose berita seputar Bitcoin. Walhasil kabar itu menyebabkan kenaikan harga Bitcoin luar biasa dalam jangka pendek.

Bagi investor dan para pedagang yang mempertahankan simpanan Bitcoin untuk keuntungan jangka pendek, situasi tersebut di atas akan ideal. Namun, persoalannya komunitas Bitcoin saat ini tengah didera masalah skalabilitas serius untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi kemacetan dalam transaksi di sistem jaringan Blockchain.


Biaya transaksi pengiriman Bitcoin tumbuh secara signifikan selama beberapa bulan terakhir dan biaya rata-rata per transaksi telah meningkat. Bahkan, perusahaan pertukaran terkemuka, Coinbase, mengumumkan mereka tidak akan menalangi lagi biaya transaksi Bitcoin untuk pengguna karena alasan itu. Selama ini biaya transaksi di Coinbase digratiskan.

"Kami akan menghentikan membayar biaya transaksi jaringan untuk transaksi di Blockchain mulai 21 Maret 2017. Biaya transaksi jaringan tersebut tidak dinikmati oleh Coinbase, biaya itu dibayarkan kepada penambang jaringan Bitcoin dan Ethereum,” kata Ankur Nandwani, Manajer Produk Coinbase dalam pernyataannya.

Nandwani menegaskan, sejak awal perusahaan tersebut telah membayarkan biaya jaringan atas nama pelanggan mereka kepada penambang untuk membantu mendukung pertumbuhan jaringan Bitcoin dan Ethereum. “Kami sekarang memiliki lebih dari enam juta pengguna di seluruh dunia, dan baya ini menjadi faktor yang signifikan,” ucapnya.

Selain itu, Bitcoin tidak memiliki solusi skalabilitas jaringan seperti Lightning Network yang memungkinkan mikrotransaksi dan terbuka untuk aplikasi generasi baru. Dengan solusi itu, platform dan aplikasi akan dapat melakukan transaksi dengan sangat murah, cepat dan aman dengan mudah, yang memungkinkan layanan berbasis Bitcoin berkembang lebih luas.

Mayoritas komunitas mulai mendukung Segregated Witness (SegWit) ketimbang Bitcoin Unlimited. Sebabnya, perangkat lunak dalam Bitcoin Unlimited sempat terjangkit bug (kutu pengganggu) internal. Kesalahan Bitcoin Unlimited itu menyebabkan kemacetan enam jam dalam proses penambangan dan menutup hampir 500 node seketika.

Menurut analis dan pengamat Bitcoin, Andreas Antonopoulos, bug yang dimiliki Bitcoin Unlimited baru-baru ini bisa menyebabkan jutaan dolar kerugian jika komunitas melakukan fork. “Kali ini ada sedikit dampak ekonominya. Selama melakukan fork, kerusakan akan mencapai jutaan dolar. Perdebatan memang penting. Jutaan dolar juga penting.”

Sementara pengembang, penambang, dan anggota komunitas sedang membangun konsensus bagaimana perangkat lunak dan mencari solusi untuk mengadopsi skalabilitas jaringan Bitcoin yang benar, hati-hati, dan efisien, maka untuk kepentingan terbaik bagi komunitas Bitcoin secara keseluruhan adalah mempertahankan harga stabil di wilayah US$ 1,160.

Mengapa penting? Dalam kalimat penutupnya, laman Coinelegraph menulis, kestabilan harga Bitcoin di level US$ 1.160 akan mengurangi tekanan pada jaringan transaksi dalam sistem Blockchain. Sekaligus hal itu bakal memberikan jangka waktu yang lebih lama bagi komunitas dan pasar untuk memutuskan solusi yang layak bagi pekembangan Bitcoin.

Penulis: Admin

Kamis, 16 Maret 2017

Tembok Bitcoin Runtuh Jumat Ini, Harga Tenggelam 10 Persen ke US$ 1.132


Harga digital mata uang melorot tajam di posisi US$ 1.132,45 pada Kamis malam waktu Amerika Serikat, atau Jumat pagi, 17 Maret 2017, waktu Indonesia. Harga Bitcoin sesuai catatan CoinDesk Bitcoin Price Index (BPI) menunjukkan data terendah harian dengan penurunan lebih dari 10 persen ketimbang harga pembukaan Bitcoin di US$ 1.259,60.


Penurunan tajam itu—yang menjadi penuruan intraday terbesar sejak otoritas bursa efek Amerika Serikat (SEC0 menolak proposal pengucuran dana yang diusulkan Winklevoss Bitcoin ETF pada 10 Maret—berbanding terbalik dengan karakter harga Bitcoin selama beberapa sesi terakhir ketika berfluktuasi di antara rentang US$ 1.225 hingga US$ 1.260.

Setelah bergerak dalam rentang harga yang cukup ketat sejak awal perdagangan Senin, Bitcoin jatuh ke posisi US$ 1.200 pada pukul 19.00, dan kemudian terbenam lagi ke US$ 1.150 pada pukul 21.00 waktu Amerika. Setelah penuruan yang signifikan ini, harga Bitcoin pulih sedikit mencapai US$ 1.171,47 saat laporan ini diunggah.

Penurunan tajam harian tersebut berlangsung di tengah volume perdagangan yang tinggi. Pelaku pasar memperdagangkan masing-masing sekitar 48.000, 30.000 dan 18.000 melalui pertukaran Bitfinex, Kraken, dan Coinbase dalam 24 jam pada 22.00, dibandingkan dengan rata-rata harian sekitar 33.700, 19.000 dan 12.000 selama tujuh hari terakhir.

Penurunan tajam hari ini--dan rangebound perdagangan yang muncul di sesi terakhir—terjadi saat Bitcoin terus-menerus menghadapi tantangan teknis di dalam komunitasnya sendiri. Perdebatan penskalaan, khususnya, telah menarik perhatian yang signifikan, saat para pemain dalam industri ini tak mampu mengambil konsensus setelah dua tahun perdebatan.

Akibatnya, kebutuhan yang dirasakan untuk hard fork (atau pemisahan untuk Bitcoin Blockchain dan token) telah berkembang. Peristiwa semacam itu bisa menciptakan balok-balok yang jauh lebih besar dengan kapasitas yang lebih besar secara signifikan. Analis pasar telah memperingatkan, peristiwa tersebut bisa menurunkan harga Bitcoin.

Penulis: Admin
Foto: Pixabay

Jangan Lewatkan

Rabu, 15 Maret 2017

Jadi Favorit Selain Bitcoin, Harga Ethereum Tembus Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

Harga mata uang digital Ethereum melonjak ke rekor tertingginya hari ini, Kamis, 16 Maret 2017. Harga aset mata uang digital nomor dua setelah Bitcoin itu merayap perlahan sepanjang pekan hingga naik menjadi US$ 32,78 seperti yang dilansir CoinMarketCap, atau sekitar 15 persen lebih tinggi dari harga sesi pembukaan di level US$ 28,65.

Rekor baru itu bertepatan dengan kenaikan harga mata uang digital di pasar cryptocurrency seusai keputusan Komisi Bursa Efek Amerika Serikat (SEC) yang menolak proposal pengucuran dana di Bitcoin ETF yang diusulkan Winklevoss bersaudara, Jumat pekan lalu. Bahkan, hingga laporan ini diunggah, Kamis siang, harga Ethereum tercatat US$ 41,17.

Kapitalisasi pasar mata uang digital terus melonjak dalam beberapa hari pasca-keputusan SEC dengan kenaikan lebih dari US$ 4 miliar pada Senin, menurut data yang dikumpulkan oleh CoinDesk. Harga Ethereum meroket selama reli ini, naik lebih dari 70 persen dari semula US$ 17,68 pada 10 Maret menjadi US$ 30,60 pada 13 Maret 2017. 

Alternatif Pedagang

Adapun alasan di balik berkembangnya permintaan terhadap cryptocurrency yang mendongkrak begitu banyak permintaan, sejumlah analis memiliki penjelasan yang berbeda. Sebelumnya analis berpendapat naiknya permintaan akibat Bitcoin menghadapi beberapa hambatan akhir-akhir ini, seperti drama yang mendominasi di balik berita penolakan minggu lalu.

Namun, tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Bitcoin hanya membuat mata uang digital alternatif terlihat lebih menarik. “Ethereum tetap alternatif teratas,” kata Manajer Pendanaan Cryptocurrency Jacob Eliosoff.

Pakar pasar mata uang digital, Tim Enneking, mengambil pendekatan yang sedikit berbeda. Ia menekankan pedagang kembali bergairah dengan aset protokol alternatif.  “Ada keuntungan yang jauh lebih besar ini dari Altcoin ketimbang di BTC (Bitcoin). Lebih banyak keuntungan yang dicetak, maka risiko pun lebih besar di Altcoin!”

Penulis: Admin
Foto: Pixabay
Grafik: CoinDesk 

Jangan Lewatkan

Tawaran Menggiurkan, Beli Tanah di Kawasan Ini Bisa Dibayar dengan Bitcoin

Dunia Bitcoin dan mata uang digital atau cryptocurrency adalah rumah bagi banyak konsep menarik. Sebuah inisiatif baru dengan nama Liberstad memungkinkan pemegang Bitcoin untuk membeli tanah di Norwegia. Ide ini konsep yang cukup menarik, meskipun ada banyak pertanyaan mengenai legitimasi proyek semacam itu. Mari kita lihat lebih dekat proyek apa yang ditawarkan Liberstad dan perlu tidaknya bagi pengguna untuk berhati-hati.

Sekilas, menurut laman The Merkle, Rabu, 15 Maret 2017, proyek Liberstad terlihat cukup menggiurkan. Ada sejumlah lahan di Norwegia bagian selatan, yang dapat dibeli dengan Bitcoin. Liberstad adalah kota swasta pertama di Norwegia yang menawarkan sebidang tanah siap dijual tanpa terlalu banyak tetek-bengek. Pengguna yang membeli sebidang tanah akan menerima akad jual-beli dan perlu membayar deposit 20 persen sebagai jaminan. Transaksi tersebut juga sekaligus penanda "reservasi" atas nama pembeli.

Boleh dikatakan bidang tanah yang dijual relatif cukup murah, mengingat pengguna bisa membeli sebidang tanah yang
langsung menjadi milik mereka. Untuk dana 35 ribu krone Norwegia—kurang lebih US $ 4.500 (sekitar Rp 60 juta) dengan kurs saat ini—pengguna dapat membeli lahan seluas 1.000 meter persegi. Pembayaran deposit akan dihitung berdasarkan nilai tukar krone Norwegia. Perusahaan berharap menjual 15 hektare lahan sebelum 19 Mei 2017.

Salah satu pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah uang yang dibayarkan dapat dikembalikan jika ada masalah di kemudian hari. Menurut laman Liberstad, pengguna akan menerima pengembalian dana deposito penuh pada 26 Mei. Memiliki aset di tempat ini mungkin membuat investor merasa nyaman. Selain itu, saat perusahaan menggunakan BitPay dalam memproses transaksi, ada jejak digital dari transaksi yang bisa dianggap resmi. Setelah pembayaran penuh selesai, pengguna akan menerima bukti kepemilikan.

Dengan berbagai pertimbangan, tawaran ini menjadi peluang investasi menarik. Bisa saja investor internasional ramai-ramai pindah ke Liberstad untuk mengamankan lahan mereka. Karena karakter Liberstad yang memiliki banyak rumah kabin, lahan ini umumnya dipakai sebagai lokasi berlibur. Sebaiknya pengguna tidak perlu pindah secara permanen ke Norwegia, karena sejumlah orang lebih banyak menjadikan tempat ini sebagai pelepas penat saja.

Perlu waktu yang relatif lama sampai semua bangunan didirikan. Selain itu, jalan penghubung masih perlu diciptakan. Seluruh proses ini diharapkan menelan waktu sekitar dua sampai tiga tahun. Investor dapat memulai pembangunan rumah sendiri atau meminta pihak lain melakukannya untuk mereka.

Kendati konsep ini terdengar agak menjanjikan, ada beberapa kelemahan yang perlu dipertimbangkan. Misalnya, walaupun pengguna akan menerima bukti kepemilikan, tidak berarti mereka memperoleh lahan diinginkan. Sejauh ini, tidak ada kesepakatan resmi untuk menghutankan kembali lahan yang sudah dibabat, bahkan izin untuk mendirikan struktur bangunan di tanah ini. Meski tim mengklaim tidak ada lisensi khusus yang diperlukan untuk melakukannya, pemerintah cenderung menolak hal-hal di luar persyaratan yang berlaku umum.

Sebelum berinvestasi ke dalam proyek Liberstad, pemodal perlu melakukan persiapan dengan benar. Meskipun ini tampaknya proyek yang sah, mustahil kita melupakan aturan main yang positif. Selain itu, lokasi ini tidak bebas dari hukum Norwegia, tidak sepenuhnya “pribadi” dalam arti tradisional. Konsep seperti ini terdengar menjanjikan, namun ada banyak alasan untuk tetap berhati-hati.

Penulis: Admin
Foto: The Merkle

Jangan Lewatkan

Selasa, 14 Maret 2017

Catat Ini, 6 Cloud Mining Bitcoin Top yang Terbukti Scam


Sepanjang sejarah Bitcoin, ada banyak penipuan bermodus cloud mining alias pertambangan awan. Bukan hal yang hebat, tapi cukup mengejutkan. Apalagi banyak pemegang cryptocurrency atau mata uang digital yang mencari cara meningkatkan kepemilikan Bitcoin dengan usaha sedikit mungkin. Sayangnya, penipuan (scam) ini berarti sejumlah orang kehilangan uang dengan berinvestasi dalam cloud mining. Berikut daftar cloud mining yang terbukti scam seperti yang dikutip dari laman The Merkle, Selasa, 14 Maret 2017.


HASHINVEST

Meskipun nama perusahaan pertambangan Bitcoin ini terdengar cukup menarik, HashInvest tidak pernah berniat membayar penggunanya dalam jangka panjang. Skema Ponzi yang menjadi modus usaha mereka tiba-tiba berantakan setelah dana baru berhenti dari pemodal baru menyalurkan Bitcoin kepada investor. Situasi ini hal biasa dalam modus penipuan pertambangan awan Bitcoin, karena mereka kehabisan uang lebih cepat daripada yang diantisipasi. Situs ini diluncurkan Oktober 2016, namun berhenti membayar sesaat setelah peluncuran.


HASHPOKE

Banyak pengguna Bitcoin cukup terkejut ketika penambangan awan Bitcoin yang terdaftar di Belgia mencoba eksis. Mengingat Belgia adalah salah satu negara termahal di Eropa untuk biaya listrik, klaim seperti itu menggelikan. Meskipun peluncuran terjadi Agustus 2016, usia perusahaan tersebut hanya seumur jagung. Mereka membayar pengguna secara otomatis selama beberapa pekan pertama, namun pembayaran berhenti akhir 2016. Awalnya perusahaan membuat pengembalian investasi (ROI) menjanjikan, tapi dana akhirnya mengering.


BITEMINER

Salah satu penipuan dalam pertambangan awan yang terungkap dalam beberapa bulan terakhir adalah Biteminer. Walaupun konsepnya tampak oke di awal berdirinya, sangat sedikit investor yang bisa meminta depositnya kembali. Biteminer adalah salah satu perusahaan yang tidak pernah memberi bukti hardware pertambangan atau basis operasinya. Mereka juga menjanjikan return harian agak tinggi, yang akhirnya menyebabkan platform ini gulung tikar.


COINTELLECT

Menengok ke 2015, salah satu penipu dalam pertambangan awan terbesar bernama Cointellect. Perusahaan menerima deposit cryptocurrency dan kartu kredit untuk layanan mereka. Dengan menawarkan pengembalian harian tetap, jelas sejak awal perusahaan ini tidak akan bertahan lama. Perwakilan perusahaan bahkan nekat menghadiri konferensi Bitcoin di London untuk merekrut anggota baru, namun Cointellect menghilang tak lama kemudian. Banyak orang kehilangan uangnya dan tidak ada kerugian yang diganti sejak itu.


HASHOCEAN
 
Setiap orang yang terus mengawasi kelakuan perusahaan tambang awan Bitcoin, tentu saja mengingat nama HashOcean. Perusahaan ini terbukti menjalankan skema Ponzi. HashOcean sempat beroperasi lebih dari satu tahun sebelum kabur. Pengguna menerima pembayaran tepat waktu selama beberapa bulan sampai perusahaan tiba-tiba mengumumkan akan memindahkan operasi tambang ke pusat data baru. Setelah berita menyebar, kebusukan pun segera tercium. Sejak menutup situsnya tidak ada yang mendengar kabar dari HashOcean lagi.


GAWMINERS

Tidak mungkin membahas penipuan pertambangan awan Bitcoin jika tidak menyinggung GAWminers. Ini skema Ponzi terkenal, yang dioperasikan Homero Joshua Garza. Ia menyebabkan investor kehilangan jutaan dolar sebelum akhirnya menutup operasinya. Perusahaan ini kelihatan resmi karena ikut memperkenalkan PayCoin sebagai bagian dari platform GAWMiners. Pada akhirnya Garza melarikan diri negara dengan jutaan dolar curian dan tidak ada yang menalangi kerugian investor sejak saat itu. Tidak ada yang tahu juga keberadaan Garza hingga kini.

Penulis: Admin
Foto: Pixabay

Jangan Lewatkan