Kamis, 02 Maret 2017

Pedagang Bitcoin Pede Jumat Ini Harga Meroket Dekati US$ 1.300


Para pedagang Bitcoin tetap optimistis bahwa harga mata uang digital itu akan meningkat, bahkan, bakal terus menciptakan rekor baru tertinggi sepanjang masa. Sinyal-sinyal kuat dari sentimen kenaikan ini disebabkan oleh tingginya volume perdagangan, perkembangan yang membantu menggambarkan kekuatan tren Bitcoin saat ini.

Volume perdagangan Bitcoin dalam 24 jam melebihi US$ 365 juta pada Kamis waktu setempat atau Jumat dini hari, 3 Maret 2016, naik lebih dari 150 persen dari sesi sebelumnya dengan US$ 140 juta pada 1 Maret 2017. Laman CoinMarketCap menyebutkan, angka tersebut juga lebih dari 200 persen di atas volume US$ 110 juta pada 27 Februari.

Harga Bitcoin telah berulang kali menetapkan rekor tertinggi baru selama beberapa sesi terakhir, misalnya naik ke rekor baru dari US$ 1,284.33 hari ini, menurut CoinDesk Bitcoin Price Index (BPI). Harga mata uang digital ini mengalami tren kenaikan sejak 23 Februari ketika menerobos rekor sebelumnya dari US$ 1,156.89 pada November 2013.

Saat laporan ini diunggah, harga Bitcoin turun sedikit  ke level US$ 1,259.59 sesuai index BPI. Indikator lain yang kuat dari sentimen kenaikan pasar Bitoin, menurut data BFX, adalah panjanganya rentang perdagangan Kamis kemarin. Ketika diukur, rentang grafik mata uang ini berfluktuasi antara sekitar 66 persen dan lamanya sesi 75 persen.


Angka-angka tersebut menunjukkan rasa optimisme bahwa pedagang memiliki harapan kenaikan harga Bitcoin di masa depan. Indikator-indikator kenaikan ini bisa menggambarkan  rally lanjutan saat Bitcoin terus mencapai rekor baru tertinggi sepanjang masa. Hal ini sangat kontras dengan situasi tiga tahun ketika Bitcoin gagal menciptakan rekor barunya.

Penulis: Admin
Foto: Pixabay, CoinDesk


Jangan Lewatkan

Terbukti, Nilai 1 Bitcoin Kini Lebih Berharga Ketimbang 1 Ons Emas


Harga Bitcoin akhirnya melampaui nilai satu troy ounce emas. Menurut CoinDesk Bitcoin Price Index atau Indeks Harga Bitcoin (BPI), harga mata uang digital itu saat ini tercatat US$ 1.238,11 pada Kamis siang waktu setempat atau Jumat dini hari, 3 Maret 2017, waktu Indonesia, setelah dibuka pada level US$ 1.230,02.

Adapun harga spot emas dalam perdagangan Kamis adalah US$ 1.237,73 menurut kurs yang dirilis oleh Bloomberg Markets. Pencapaian kinerja Bitcoin yang mengungguli emas itu seiring sejumlah pemecahan rekor tertingginya sepanjang masa, yang dimulai sejak awal tahun dengan berkali-kali melebihi angka psikologis US$ 1.000.

Pasar Bitcoin mengalami perubahan yang begitu cepat dalam beberapa pekan terakhir. Setelah stabil terus menerus selama beberapa pekan di lebih dari US$ 1.000, harga Bitcoin berhasil menumbangkan level tertinggi yang sudah bertahan tiga tahun pada 23 Februari 2017. Sejak itu harga Bitcoin di indeks bursa sebagian besar terus menanjak.

Menengok faktor pendorong kenaikan harga Bitcoin di sejumlah pasar mata uang digital, para pedagang tampaknya menilai positif terhadap prospek Badan Koordinator Penanaman Pasar Modal Amerika Serikat (SEC) yang akan menyetujui proposal pendanaan pertama kali untuk Bitcoin. SEC memiliki batas waktu 11 Maret untuk membuat keputusan.

Secara keseluruhan, peristiwa ini sudah lebih dari tiga tahun sejak terakhir kali emas dan Bitcoin memiliki harga yang tak jauh berbeda. Meskipun perlu dicatat bahwa sebelum ini ada Mt. GOX, satu-satunya bursa yang memiliki harga melewati emas. Perusahaan yang dulunya berbasis di Tokyo itu bangkrut pada 2014 setelah kehilangan 800 ribu Bitcoin.

Penulis: Admin
Foto: Pixabay

Susul Amerika Serikat, Bursa Thailand Bangun Pasar Berbasis Jaringan Bitcoin


Bursa efek Thailand berencana meluncurkan pasar berbasis jaringan pendukung Bictoin, Blockchain, agar startup di negara tersebut bisa mengeruk dana investor. The Bangkok Post dan DealStreetAsia melaporkan Bursa Efek Thailand (SET) akan meluncurkan pasar itu sebelum akhir tahun ini, persisnya pada kuartal ketiga 2017.

Menurut Bangkok Post, Wakil Perdana Menteri Thailand Somkid Jatusripitak mendorong bursa untuk mempertimbangkan teknologi keuangan baru bagi startup untuk mengakses modal. Sebelumnya, sejumlah bursa dunia juga telah mengumumkan inisiatif serupa untuk membawa teknologi Blockchain ke pasar ekuitas.

Bursa efek Amerika Serikat, Nasdaq, telah membuka layanan Blockchain ke lebih dari 100 kliennya di seluruh dunia sebagai bagian dari program Nasdaq Financial Framework. Santi Kiranand, Wakil Presiden Senior bursa Thailand, mengatakan platform berbasis Blockchain yang mereka luncurkan bukan meniru SET.

"Pasar ini akan menjadi 'pasar', bukan miniatur SET dan MAI (Market for Alternative Investmenr), di mana investor umumnya percaya bahwa efek yang diperdagangkan diseleksi dan dikendalikan. Sebagai (pasar) bukan bursa perdagangan, tidak ada regulator untuk memverifikasi kualitas dan investor, mereka harus melakukan investasi sendiri,” kata Santi.

Santi Kiranand menegaskan sejauh ini 607 perusahaan telah menyatakan minatnya terlibat di pasar berbasis sistem jaringan pendukung Bitcoin ini.

Penulis: Admin
Foto: Pixabay

Rabu, 01 Maret 2017

5 Teori Konspirasi di Balik Misteri Bitcoin


Banyak kisah yang telah dituturkan dan ditulis tentang Bitcoin. Meski demikian ada beberapa penggal cerita yang tetap misteri bagi semua orang. Tidak ada yang tahu pasti siapa pencipta Bitcoin, atau mengapa ia dirancang dengan caranya sekarang. Beberapa teori konspirasi mengenai Bitcoin muncul di Internet selama beberapa tahun terakhir, beberapa di antaranya tampak lebih kredibel daripada kisah yang lain. 

#5 Negara Besar Terlibat Perang Bitcoin

Berbalik ke masa akhir 2013 ketika teori konspirasi menarik muncul di forum bitcointalk, ajang berkumpulnya para pegiat Bitcoin di dunia maya. Seseorang yang tak diketahui persis identitasnya melempar gagasan tentang bagaimana pemerintahan di negara-negara besar—khususnya Amerika Serikat dan Cina—memborong Bitcoin secara besar-besaran yang kemungkinan untuk keperluan mereka sendiri.


Mengingat betapa kedua pemerintah telah menentang Bitcoin sejak awal, teori ini sepertinya merupakan hal yang tidak mungkin bakal terjadi. Setidaknya, para pejabat pemerintahan yang menjadi insider bisa mengembuskan isu-isu negatif soal Bitcoin kepada masyarakat untuk meraup uang murah. Tapi tidak ada pejabat kedua negara yang melakukannya. Kendati teori ini tidak pernah terbukti, tapi agak masuk akal juga.


#4 Bitcoin adalah Proyek NSA

Salah satu teori konspirasi yang lebih populer menyebutkan Bitcoin diciptakan Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) sebagai “uji coba”. Satoshi Nakamoto, yang identitasnya masih belum diketahui hingga kini, diyakini hanya nama samaran untuk cryptocurrency rahasia yang digagas NSA. Sebabnya, NSA memiliki sistem data dengan algoritma SHA-256, sehingga Bitcoin jauh lebih aman ketimbang dugaan kita selama ini. Teori ini tak pernah terbukti dan hanya dagelan semata.


#3 Cina Penemu Bitcoin

Mengingat Cina selalu tertarik untuk menguasai Bitcoin, banyak yang percaya mata uang digital ini ciptaan pengembang Cina. Meski tidak jelas mengapa ini menjadi cerita, banyak yang percaya Cina menciptakan Bitcoin untuk menggantikan ketergantungan mereka pada dolar AS. Sementara itu Cina sudah menyepakati sistem pembayaran—bersama Rusia dan negara lain—canggih seperti
Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT). Jadi, teori mereka menciptakan Bitcoin untuk menggantikan dolar diragukan.


#2 Satoshi Nakamoto adalah Kecerdasan Buatan?

Bisa jadi ini alasan yang sangat bagus mengapa tidak ada orang yang mampu “membuka kedok” Satoshi Nakamoto. Meski banyak orang yang memburu identitasnya selama bertahun-tahun, boleh jadi Satoshi Nakamoto tak sepenuhnya manusia. Sejumlah pihak berspekulasi, Satoshi nama samaran untuk artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang diciptakan pemerintah rahasia. Ini teori yang berkembang "jauh di luar sana". Kendati demikian isu ini memicu beberapa diskusi di sepanjang perjalanan Bitcoin.


#1 JPMorgan Penyebab Bangkrutnya Mt. GOX

Walaupun teori ini hanya dijadikan sebagai olok-olok, ada beberapa faktor menarik yang tampaknya tak bisa dianggap remeh. Sebelum bangkrut, Mt. GOX mendongkrak harga Bitcoin ke batas yang lebih tinggi ketika titik itu mengancam “status” emas sebagai aset safe-haven bagi dunia. Lembaga keuangan JP Morgan disebut mengatur “kecelakaan” nilai Bitcoin dengan menjual lebih dari 8.000 koin untuk menenggelamkan harga.

Pada saat yang sama, JPMorgan mengeksploitasi rapuhnya sistem Mt. GOX, selagi artikel anti-Bitcoin diekpose habis oleh media mainstream. Semua konsep ini terdengar masuk akal, tergantung seberapa besar dugaan Anda. Benar bahwa institusi besar JPMorgan melihat celah memanfatakan Bitcoin, namun mendukung teknologi yang mendasarinya. Walau demikian, lembaga ini sangat diragukan dengan sengaja akan menghancurkan harga bitcoin.

Penulis: Admin
Foto: Pixabay

Jangan Lewatkan

Bursa Bitcoin Bitfinex ‘Diusir’ dari Washington, Ini Sebabnya

Bursa pertukaran Bitcoin, Bitfinex, tiba-tiba menarik diri dari Negeara Bagian Washington, Amerika Serikat, menyusul adanya peraturan baru di wilayah tersebut. Dalam laporan yang dirilis Reddit, Rabu, 1 Maret 2017, mengutip pengguna yang juga warga Washington, Bitfinex menyatakan perusahaan itu perlu mendapatkan lisensi untuk terus melayani kliennya.

“Saat ini, kami tidak mendapatkan lisensi mengirimkan dana di Washington. Dengan demikian kami tidak akan lagi berbisnis dengan pelanggan Washington yang terverifikasi sesegera mungkin,” demikian Bitfinex. Para pedagang dan pengguna yang berbasis di Washington diberikan batas waktu sampai Rabu untuk menarik dana mereka.

Sifat tambal sulam terhadap persyaratan peraturan di Amerika Serikat menjadi masalah utama dari bisnis mata uang digital atau cryptocurrency. Di sepanjang semenanjung New York, skema Bitlicense terkenal karena mengakibatkan eksodus besar-besaran dari startup Bitcoin bersama dengan pemblokiran pengguna Bitcoin.

Bitfinex sendiri sedang mengalami pekan yang sibuk setelah sebelumnya direpotkan dengan serangan DDOS saat perusahaan itu mengirimkan aktivitas perdagangan Bitcoin ke dalam sistem overdrive mereka. Awal pekan ini, kolega Bitfinex, Coinbase, mengumumkan bahwa perusahaan terkemuka itu tidak lagi melayani pelanggan di Hawaii.


Pihak berwenang di Hawaii menganggap bisnis mata uang digital alias cryptocurrency perlu menyimpan mata uang atau nilai mata uang yang lebih besar dari mata uang konvensional sebagai cadangan. Coinbase pun akhirnya meminta para pelanggan untuk menarik dana dan menutup rekening mereka di perusahaan tersebut.

Penulis: Admin
Foto: Pixabay